SUSTAINABLE AGRICULTUR (PERTANIAN BERKELANJUTAN)
Pertanian adalah
kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang
dilakukanmanusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber
daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris: crop cultivation).
Ada beberapa definisi yang menjelaskan batasan pertanian berkelanjutan
(sustainable agriculture). Secara garis besar Zamor (1995) mengemukakan
kriteria sistem pertanian berkelanjutan, yakni: Keberlanjutan Secara Ekonomi,
Pola pertanian yang dikembangkan bisa menjamin infestasi dalam bentuk tenaga
dan biaya yang telah dikeluarkan petani, dan hasil yang didapat petani
mencukupi kebutuhan keluarganya secara layak. Keberlanjutan ekonomi berarti
juga meminimalkan atau bahkan meniadakan biaya eksternal dalam proses produksi
pertanian.
A. Sistem
Pertanian dalam Konsep Pertanian Berkelanjutan
Ada beberapa sistem
pertanian yang termasuk dalam lingkup pertanian berkelanjutan (sustaniable
agriculture) yaitu:
1.
Sistem pertanian berinput rendah (low input farming system)
Sistem ini bertolak dari
fakta bahwa kerusakan lingkungan disebabkan oleh banyaknya jumlah input yang
digunakan petani. Juga karena tingginya biaya produksi pertanian. Dengan sistem
ini petani menggunakan seminimal mungkin jumlah input (pupuk, pestisida, bahan
bakar, tenaga kerja, uang) sehingga biaya produksi pun dapat ditekan sekecil
mungkin. Demikian juga dengan efek negatif bahan-bahan input tersebut ke
lingkungan menjadi lebih kecil.
2.
Sistem pertanian regenerative
Prinsip dalam sistem
ini adalah memberikan kesempatan pada lahan untuk meregenarasi (memperbaiki)
dirinya sendiri setiap selesai panen. Cara yang digunakan adalah dengan
menambahkan pupuk kompos, pupuk kandang, pupuk hijau ke tanah setiap selesai
panen. Dengan penambahan pupuk organik setelah panen, maka kesediaan hara tanah
lebih banyak dan petani hanya perlu memberikan input tambahan yang diperlukan
saja.
3.
Sistem Pertanian biodynamic
Prinsip dalam
pertanian ini adalah memobilisasi mekanisme biologis tanah. Petani memanfaatkan
organisme tanah misalnya bakteri dan cacing tanah yang bekerja memecah bahan
organik menjadi unsur hara yang berguna dan tersedia bagi tanaman.
4.
Sistem pertanian organic.
Prinsip dalam sistem
ini adalah mengharamkan penggunaan bahan kimia apapun jenisnya mulai dari
pemilihan benih sampai pasca panen.
5.
Sistem pertanian Konservasi
Prinsipnya adalah
mengkonservasi sumberdaya yang telah tersedia di lahan pertanian misalnya
peningkatan sumber daya saluran air, sudut kemiringan tanah, kontur, ketebalan
topsoil agar senantiasa ditingkatkan kualitasnya.
6.
Hidroponic
Yaitu sistem pertanian
yang memisahkan tanah dari tanaman. Sistem ini mengontrol sepenuhnya
pertumbuhan tanaman baik dari segi hara, suhu, cahaya dll. Keuntungan
sistem ini adalah penghematan dalam luas lahan dan penggunaan pestisida. Namun
dibutuhkan lebih banyak nutrient, tenaga kerja, energi dan biaya.
7.
Polikultur (polycultures)
Polikultur adalah
lawan dari sistem pertanian monokultur. sistem ini muncul karena akibat negatif
penerapan monokultur misalnya meledaknya hama dan penyakit hingga menyebakan
kegagalan panen total dalam sistem polikultur, petani mengusahakan banyak jenis
dan varitas baik tanaman maupun ternak.
8.
Monokultur
Monokultur adalah penanaman
satu jenis tanaman dl suatu urutan musim pd tanah yg sama (msl baik pd musim
hujan maupun musim kemarau hanya ditanami padi)
Sebagai
salah satu contohnya adalah Subak. Subak merupakan
organisasi kemasyarakatan yang bertugas untuk mengatur sistem pangairan sawah
di Bali, Indonesia yang digunakan dalam bercocok tanam. Usaha ekonomi berbasis subak pada prinsipnya adalah
agribisnis berbasis pangan atau lahan sawah. Dengan berprinsip bahwa usaha tani
itu identik dengan perusahaan, maka usaha tani ini akan eksis dan berkembang
jika mampu menjual hasilnya dengan nilai jual yang layak (Suherman, 2003). Di
samping itu, untuk meningkatkan tingkat pendapatan petani, maka dalam
pengembangan kelembagaan kita terapkan juga prinsip tanam – petik – olah –
jual.
Jika kebiasaan petani menjual hasilnya berupa Gabah
Kering Panen (GKP) di sawah, maka usaha yang perlu dikembangkan oleh (Koperasi
Tani) KOPTAN adalah usaha lumbung padi (rice storage). Dengan adanya lumbung
padi ini akan menjamin ketersediaan pangan di tingkat kelompok tani/subak.
Pengembangan usaha selanjutnya adalah usaha penggilingan padi (Rice Milling
Unit) yang layak dan memadai. Sarana dan prasarana penggilingan padi yang
memadai dilengkapi dengan lantai jemur, mesin penggilingan, mesin pengering
gabah, ruang produksi, gudang gabah, gudang beras, kantor, sarana transportasi
serta ditunjang oleh SDM yang memadai. Penggilingan padi yang layak dan memadai
tentu membutuhkan modal yang cukup besar pula, tetapi itu tidak menjadi masalah
karena modal pengembangan usaha dapat bersumber dari dana pinjaman (kredit)
dengan didukung oleh analisis kelayakan usaha yang akurat.
Aktivitas produksi dari usaha penggilingan padi
ini akan menghasilkan pula produk sampingan berupa dedak dan sekam di samping
produk utama berupa beras. Dedak akan bernilai jual lebih tinggi jika diolah
menjadi pakan ternak uanggas, babi dan sapi. Ini berarti ada peluang bagi
pengembangan usaha pakan ternak. Jika akan mengembangkan usaha pakan ternak,
maka dapat diprediksi dari sekian ton produksi dedak berapa kebutuhan bahan
pakan berupa jagung, polar, konsentrat, tepung ikan, tepung tulang dan
lain-lain. Untuk bahan baku yang dapat diproduksi sendiri, seperti jagung, maka
dapat diprediksi kebutuhan lahan untuk usahatani jagung. KOPTAN juga dapat
mengembangkan sendiri usaha ternak ayam, itik, babi, sapi. Sekam dari hasil
penggilingan padi dapat dijadikan alas pemeliharaan pada usaha ternak ayam
pedaging/petelor di samping dapat dijual sebagai bahan bakar pada usaha bata
merah/genteng. Sedangkan, sekam bekas alas pemeliharaan ayam bisa digunakan
sebagai bahan pupuk kompos disamping kotoran ternak lainnya yang potensial
sebagai pupuk organik yang sangat diperlukan dalam usahatani tanaman.
Jhamtani,
Hira.,2007, Putting Farmers First in
Sustainable Agriculture Practices, Third World Network, Penang, Malaysia