Selasa, 25 Oktober 2011

aktivitas manusia pengaruhi penyebaran virus

Menurut Marm Kilpatrick, peneliti spesialis di bidang ekologi penyakit menular dari University of California, Santa Cruz, nyamuk dan burung-burung yang membawa virus West Nile di Amerika Serikat, ternyata jumlahnya sangat banyak di kawasan yang telah berubah akibat aktivitas manusia. 

Dari penelitian, diketahui bahwa habitat pertanian dan kawasan urban memiliki tingkat penyebaran virus West Nile yang paling tinggi. "Virus itu punya dampak yang sangat penting bagi kesehatan manusia di Amerika Serikat, sebagian besar karena ia memanfaatkan spesies yang sangat dekat dengan manusia," kata Kilpatrick.

Burung robin Amerika (Turdus migratorius), burung yang populasinya cukup besar di negeri itu memegang peranan penting bagi penyebaran virus West Nile di seluruh kawasan utara Amerika. Saking parahnya, peneliti menyebut burung robin sebagai ‘super spreader’ bagi virus tersebut. Sampai saat ini, jutaan burung robin, dan juga burung gagak telah mati akibat terinfeksi virus West Nile. 

"Sebelumnya, populasi burung robin meningkat stabil, tampaknya ini berhubungan dengan bagaimana manusia menggunakan daratan. Burung ini sangat menyukai padang rumput dan lahan pertanian. Populasi gagak juga tumbuh lebih cepat," kata Kilpatrick. "Kini populasi gagak anjlok dan robin juga mulai menurun. Kami perkirakan ini ada hubungannya dengan virus West Nile," ungkapnya. (Sumber: United Press International)

Sabtu, 08 Oktober 2011

Selasa, 04 Oktober 2011

memandang cinta dari sisi ilmiah

Peneliti dari Syracuse University, Profesor Stephanie Ortigue, menemukan ada 12 area pada otak yang bekerja pada saat seseorang jatuh cinta. Kedua belas area itu menghasilkan bahan kimia, seperti dopamine, oxytocin, adrenalin, dan vasopression, yang berujung pada euforia. Rasa cinta juga memengaruhi fungsi psikologi, metafora, dan penilaian fisik.

Jadi, cinta itu berasal dari hati atau otak? "Pertanyaan yang selalu sulit dijawab. Saya berpendapat asalnya dari otak," kata Ortigue. "Contohnya, suatu proses di otak kita bisa menstimulasi hati. Beberapa perasaan dalam hati kita sebetulnya merupakan gejala atas proses yang terjadi di otak."

Penelitian lain mendapati peningkatan jumlah darah dalam faktor penumbuh untuk syaraf yang memegang peranan penting dalam cara orang bersosialisasi. Hal ini menghadirkan fenomena yang disebut dengan "cinta pada pandangan pertama". Hal ini dikonfirmasi oleh temuan Ortigue yang menyebutkan kalau cinta bisa hadir dalam waktu seperlima detik.

Ortigue menjelaskan dengan memahami cara orang jatuh cinta dan putus cinta, para peneliti bisa mengembangkan terapi baru. "Kita bisa mengerti penyakit putus cinta," kata Ortigue.

Studi Ortigue juga mendapati ada bagian otak yang berbeda untuk tipe cinta yang berbeda. Cinta tanpa syarat, contohnya cinta seorang ibu pada anaknya, dipicu oleh aktivitas otak di bagian umum dan pada tempat yang berbeda-beda, termasuk otak tengah. Cinta yang bergairah antara kekasih melibatkan area kognitif, bagian yang mengharapkan imbalan, dan penilaian fisik.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Host